INILAHCOM, Jakarta - Sepekan terakhir hubungan antara Indonesia dan Australia menjadi isu terpanas yang dibicarakan publik. Pasalnya, muncul kasus penghinaan oleh militer Australia terhadap ideologi Indonesia yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja sama militer oleh Indonesia.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membenarkan adanya pemutusan kerjasama militer antara pemerintah Indonesia dengan Australia.
Hal itu berawal ketika terdapat penemuan beberapa materi penghinaan terhadap Indonesia dan Pancasila di pangkalan militer di Perth, Australia. Saat itu, pasukan khusus Indonesia atau Kopassus tengah melakukan latihan bersama beberapa waktu lalu.
"Ada perjanjian kerja sama antara TNI dan angkatan bersenjata Australia. Pertukaran tersebut, TNI AD mengirimkan seorang perwira di special air service persiment (pasukan khusus AD). Pada saat mengajar disana, ditemukan hal tidak etis sebagai negara sahabat yang mendiskresikan TNI dan bangsa Indonesia, bahkan ideologi bangsa Indonesia," tutur Gatot.
Sejumlah hal yang menyinggung pemerintah Indonesia yang ditemukan di Indonesia pun disampaikan olehnya, seperti kurikulum di Australia yang menyakiti Tanah Air.
"Terlalu menyakitkan sehingga tidak perlu dijelaskan. Tentang tentara yang dulu, Timor Leste, Papua juga harus merdeka dan tentang Pancasila yang dipelesetkan jadi Pancagila. Tidak benar. Dari situ maka saya tarik guru tersebut dan saya hentikan dulu," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan sudah menerima laporan ihwal kasus tersebut. Ia menilai kedua negara sudah sepakat untuk saling menghormati dan tidak campur tangan urusan dalam negeri masing-masing negara.
"Saya sudah perintahkan untuk ditangani Menteri Pertahanan dan Panglima TNI," kata Jokowi di Bidakara, Jakarta.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, justru tampak berhati-hati dalam menanggapi isu yang berpotensi membuat keretakan diplomatik tersebut.
Dia menekankan hubungan dengan Australia adalah 'baik' dan menunjukkan bahwa letnan Australia yang telah menyebabkan pelanggaran sudah ditegur.
Di sisi lain Menteri Pertahanan Australia, Marise Payne, juga mengatakan bahwa pihaknya sudah meminta maaf dan menyesali kejadian tersbut.
Pemutusan hubungan Panglima dipandang oleh pengamat politik internasional dan ahli ilmu pertahanan dari Deakin University, Damien Kingsbury, merupakan keputusan yang sepihak.
Pasalnya, keputusan itu diambil tanpa mengindahkan Presiden Joko Widodo yang disebut Dr. Kingsbury sebagai 'hal tak wajar' dalam hubungan bilateral.
"Ini hal yang sangat aneh," kata Dr Kingsbury.
"Dia akan tahu persis apa implikasi dari hal ini dan dampaknya terhadap hubungan bilateral," lanjutnya, seperti dilansir dari Sydney Morning Herald.
Dr Kingsbury juga mengatakan, bahwa materi pelatihan yang digunakan di dasar Perth bukanlah hal yang baru, sementara Kopassus telah telah berulang kali melakukan pelatihan secara teratur. Jadi sangat mungkin bila materi itu sudah diketahui sejak lama.
"Jadi ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya sedang dilakukan Gatot. Apakah itu benar-benar tentang pelanggaran kode etik atau ada permainan lain yang sedang ia jalankan," ujarnya.
Baca Berita Selanjutnya
0 Response to "Pengamat Politik Australia: Gatot Putuskan Sepihak"
Posting Komentar