INILAHCOM, Tokyo - Reporters Without Borders melaporkan kebebasan pers di Jepang lebih buruk dibandingkan Tanzania.
The Los Angeles Times mengabarkan Rabu (20/4/2016), Jepang berada di urutan ke-72 dari 180 negara dalam indeks kebebasan pers 2015. Padahal sebelumnya negara terdepan ekonominya di Asia itu menempati peringkat ke-61 atau 11 tingkat lebih tinggi dari posisi sekarang. Malahan, Jepang pernah menduduki peringkat ke-11 dalam indeks kebebasan pers di 2010.
Hal itu mengejutkan banyak pihak, mengingat Jepang sebagai salah satu negara berkembang dunia, dan dikenal sebagai salah satu negara paling demokratis di Asia dan Pasifik. ''Temuan ini merupakan pukulan telak bagi Jepang yang akan menjadi tuan rumah G7 bulan depan,'' tutur Jeff Kingston, seorang profesor dan direktur Studi Asia di Temple University, Philadelphia.
Mundurnya kehidupan pers dialami Jepang bersamaan dengan insiden pembangkit listrik nuklir di Fukushima 2011. Menurut Jeff Kingston, nama Jepang mulai merosot ketika Pemerintah Tokyo tidak bersedia mengungkap secara jelas krisis Nuklir Fukushima. ''Perusahaan listrik Tokyo Electric Power Company dan pemerintah Jepang membantah adanya kebocoran selama dua bulan,'' kata Kingston.
Pada 2014 lalu, Pemerintahan PM Shinzo Abe mendorong RUU yang dirancang melindungi informasi rahasia ke tangan Rusia dan China. Sejumlah wartawan dan blogger dijebloskan ke penjara selama lima tahun, bila menanyakan sesuatu yang bersifat rahasia negara. Para wartawan Jepang menyadari hal itu, dan ribuan warga Jepang turun ke jalan memprotes RUU yang disahkan jadi UU pada 2013.
Katsuto Momii, teman dekat PM Abe, diangkat jadi direktur pusat pemberitaan Jepang NHK pada 2014. Momii lalu menerapkan aturan bahwa berita-berita NHK tidak boleh berseberangan dengan posisi pemerintah Tokyo. Pada 2016, Menteri Komunikasi Jepang Sanae Takaichi mengancam menutup pemandu acara televisi yang mengkritik Pemerintah Jepang.
Bahkan tiga presenter dari tiga stasiun televisi digeser dari jabatannya karena mengkritisi PM Shinzo Abe. ''Sikap independensi pers menghadapi ancaman serius,'' kata David Kaye, utusan khusus PBB perlindungan kebebasan pers dan wartawan dalam konperensi pers di forum Foreign Correspondents' Club of Japan Selasa kemarin.
Baca Berita Selanjutnya
0 Response to "Kebebasan Pers di Jepang Cukup Memprihatinkan"
Posting Komentar