INILAHCOM, Teheran - Pemerintahan Presiden Hassan Rouhani dikritik banyak pihak karena banyaknya bocah remaja yang dieksekusi mati.
Associated Press mengabarkan Rabu (13/4/2016), menurut catatan PBB, sedikitnya 160 remaja bakal dihukum mati. ''Eksekusi kaum remaja menuai kritik dari masyarakat internasional maupun warga Iran,'' tutur Saleh Nikbakht, seorang pengacara kondang di Teheran.
Kasus paling akhir dialami Fatemeh Salbehi. Remaja putri yang kini berusia 23 tahun itu dieksekusi mati akhir tahun lalu, karena membunuh suaminya. Kasus pembunuhan itu terjadi enam tahun lalu di Provinsi Fars. Menurut tuduhan jaksa, Fatemeh mencekik suaminya setelah dicekoki minuman keras.
Masalahnya, saat diinterogasi, Fatemeh tidak didampingi pengacara, dan bocah itu baru berusia 17 tahun, usia yang belum dewasa bagi masyarakat internasional. ''Mereka menunggu eksekusi dilaksanakan setelah korban berusia 18 tahun,'' tutur Hadi Ghaemi, direktur eksekutif Kampanye HAM Internasional di Iran. ''Presiden Rouhani tidak merasa tertarik untuk menentang eksekusi remaja dan meningkatkan kesadaran HAM,'' sambung Hadi Ghaemi.
Sejak berdirinya Revolusi Islam 1970, pemerintah Iran menerapkan aturan yang merugikan kaum remaja. Seseorang bisa disebut dewasa apabila memasuki usia akil balik. Yakni di usia 15 tahun bagi remaja pria dan 9 tahun bagi perempuan.
Reformasi di bidang hukum sebenarnya telah dilakukan sebelum Rouhani berkuasa pada 2013. Sejumlah kasus kriminal remaja ditinjau kembali, namun belasan kasus yang berakhir hukuman mati masih tak tersentuh. ''Tanpa tekanan dari sejumlah kantor pemerintah Iran lainnya, maka bidang hukum tidak banyak berubah untuk mencegah hukuman mati bagi remaja,'' tutur Ghaemi.
Baca Berita Selanjutnya
0 Response to "Ratusan Remaja Iran Menunggu Dihukum Mati"
Posting Komentar