INILAHCOM, Washington - Politisi Partai Republik beramai-ramai menentang rancangan anggaran yang diajukan Presiden AS Donald Trump untuk memangkas anggaran Departemen Luar Negeri dan lembaga bantuan internasional.
Rancangan anggaran 2018 itu dilaporkan mencakup pemotongan sebesar 37% terhadap anggaran Departemen Luar Negeri dan badan bantuan pembangunan internasional AS, USAID.
Namun, Senator Lindsey Graham dari Partai Republik --yang merupakan partai pendukung Trump-- mengatakan bahwa rancangan itu sudah 'mati saat lahir.'
"Itu tak akan terjadi. Hal itu akan merupakan bencana. Kalau kita membuang kekuatan lunak, soft power kita tak akan pernah memenangkan peperangan," kata Senator Graham, seperti dikutip BBC.
Soft power adalah istilah yang mengacu pada perangkat diplomatik seperti bantuan luar negeri dan bantuan kemanusiaan.
"Yang sangat mengganjal dari pemangkasan anggaran Departemen Luar Negeri itu adalah, hal itu memperlihatkan ketidak-pahaman tentang apa yang diperlukan untuk memenangkan perang," lanjut Senator Graham.
Pimpinan mayoritas Senat, Mitch McConnell mengatakan, pemotongan anggaran yang diajukan Trump 'kemungkinan tak akan' lolos di Kongres. Anggaran negara harus melalui persetujuan Kongres yang sedang dikuasai Partai Republik.
Presiden Trump mengungkapkan rencana anggarannya hari Senin (27/2/2017), mencakup peningkatan anggaran belanja militer sebanyak US$54 miliar.
Namun dalam rencana tersebut, peningkatan belanja militer itu akan dibiayai dari pemangkasan anggaran bidang lain, seperti bantuan luar negeri dan badan-badan lingkungan hidup.
Gedung Putih juga berencana mengurangi belanja Departemen Luar Negeri dan USAID, yang sekarang ini mendapatkan sekitar US$50,1 miliar atau sekitar 1% lebih dari total anggaran federal AS.
Lebih dari 120 jenderal purnawiran menandatangani surat yang mendesak Kongres untuk tidak memotong pendanaan bantuan luar negeri dan diplomasi.
"Kami para pensiunan jenderal bintang tiga dan empat dari berbagai angkatan dinas militer ingin mengungkapkan keyakinan kami bahwa meningkatkan dan memperkuat diplomasi dan pembangunan bersama pertahanan merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga agar negara ini tetap aman," demikian isi surat itu.
Sejauh ini, setidaknya seorang politikus Partai Demokrat di Kongres mengatakan tidak akan menjabat tangan Trump sebelum pidato presiden.
Eliot Engel, demikian nama politikus tersebut, mengatakan bahwa ia tak akan menjabat tangan Trump terkait serangan presiden terhadap media dan penolakannya untuk bekerja sama dengan Kongres.
Baca Berita Selanjutnya
0 Response to "Politisi Republik Jegal Rencana Anggaran Trump"
Posting Komentar