SOSOK Fidel Castro, yang wafat dalam usia 90 tahun pada Jumat malam (25/11/2016) waktu setempat atau Sabtu siang (26/11/2016) WIB, tidak terlepas dari kontroversi terkait gaya kepemimpinannya yang otoriter.
Ia berkuasa sejak revolusi 1959 dan mengubah Kuba menjadi negara komunis selama lima dekade. Ia adalah politisi dan revolusioner yang memimpin Kuba sebagai Perdana Menteri dari 1959 hingga 1976 sebelum kemudian menjadi Presiden sejak 1976 hingga 2008, saat akhirnya ia menyerahkan kekuasaan pada sang adik, Raul Castro.
Baca juga: Fakta-fakta Menarik dari Mendiang Fidel Castro
Semasa berkuasa, Castro memiliki banyak sahabat dan juga musuh. Berikut pendapat dari sejumlah tokoh dunia mengenai sosok pria berjanggut yang kerap disapa 'El Comandante' itu.
Mantan Presiden AS John F Kennedy (dalam The Quotable Mr Kennedy karya Gerald C Gardner pada 1962):
"Castro seperti diktator Amerika Latin pada umumnya, seorang tiran yang haus kekuasaan dan kenikmatan pribadi semata. Ambisinya jauh melewati batas dirinya sendiri."
Mantan Presiden Venezuela Hugo Chavez (pada sebuah pidato Januari 2007)
"Fidel, bagi saya, adalah seorang guru besar. Orang bijak yang tak boleh mati; orang seperti Fidel tak akan pernah mati karena dia akan selalu menjadi bagian dari rakyat."
Mantan Presiden AS Bill Clinton (pada 1996, setelah Kuba membunuh empat warga negara AS ketika menembak jatuh dua pesawat sipil milik sebuah perusahaan Kuba-Amerika yang mengagitasi pemerintah Castro dan berulang kali terbang di atas wilayah udara Kuba):
"Fidel Castro telah membunuh rakyat Amerika secara ilegal dan itu salah. Dan saya bangga kami telah memblokade orang yang telah membunuh orang-orang Amerika tak berdosa."
Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela (dalam pidato Juli 1991):
"Sejak awal, revolusi Kuba telah menjadi sumber inspirasi untuk semua yang menghargai kebebasan. Kami mengagumi pengorbanan rakyat Kuba dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka di depan imperialis ganas yang telah mengorkestrai kampanye menghancurkan kekuatan mengagumkan revolusi Kuba. Hidup Revolusi Kuba! Hidup kamerad Fidel Castro!"
Mantan Presiden AS Ronald Reagan (dalam sebuah pernyataan pada 5 Maret 1986):
"Saya terkenang pada laporan Herbert Matthew menyangkut Castro sebelum dia berkuasa yang menyebut dia demokrat dan harapan Kuba. Dan bagi sebagian Anda yang terlalu muda untuk mengingat itu, bahkan rakyat negeri kami, tidak akan menyebut dia George Washington-nya Kuba karena George pasti bangkit dari kuburnya karena marah."
Sastrawan peraih Nobel Gabriel Garcia Marquez (menulis dalam Granma pada hari ulang tahun Castro yang ke-80):
"Fidel Castro ada di sana untuk menang. Perilakunya menentang kekalahan, bahkan pada aksi sehari-hari paling minimal sekalipun, dianggap mematuhi logika privat: dia bahkan tidak mengakui ini, dan tidak punya semenit pun untuk damai sampai berhasil membalikkan makna-makna dan mengonversinya menjadi kemenangan."
Bloger Yoani Sanchez (kepada Reuters pada Mei 2014):
"Hal terbaik yang diwariskan Fidel Castro kepada kita adalah pelajaran bahwa kita tidak menginginkan ada Fidel Castro-Fidel Casro baru di Kuba. Pelajaran itu adalah bahwa orang seperti itu berakhir untuk diserap seluruh bangsa, akhirnya dianggap perwujudan tanah airnya, dan akhirnya merenggut begitu saja kebangsaan kita. Pelajaran dari Fidel Castro adalah tidak boleh ada lagi Fidel Castro. Ada orang yang menyanjung dia, tetapi menyanjung dia karena apa yang mereka pikirkan tentang dia, bukan siapa dia sebenarnya. Bertahan lama dalam kekuasaan adalah sungguh tidak baik."
Mantan Presiden AS Richard Nixon (dalam sebuah memorandum menyusul tiga jam pertemuan dengan Castro pada April 1959):
"Apa pun yang kita pikirkan tentang dia, dia akan menjadi faktor besar dalam pembangunan Kuba dan kemungkinan besar di Amerika Latin secara umum. Dia tampaknya jujur. Dia bisa saja naif sekali menyangkut komunisme atau di bawah disiplin komunis, tebakan saya adalah yang pertama, dan sebagaimana sudah saya siratkan, gagasan-gagasannya mengenai bagaimana menjalankan sebuah pemerintahan atau perekonomian adalah lebih terbelakangan dibandingkan dengan hampir semua orang yang saya temui di 50 negara."
Presiden Kuba Raul Castro yang juga adik dari Fidel castro (dalam buku This is Fidel karya Luis Baez tahun 2009):
"Pada 18 Desember 1956, Fidel dan saya berada di kaki bukit Sierra Maestra, di sebuah tempat yang disebut Cinco Palmas. Setelah pelukan pertama dia pertanyaan yang keluar dari mulut dia adalah 'Berapa senjata yang kamu punya?' Saya jawab 'lima'. Dan dia menimpali, 'Saya punya dia. Jadi sudah ada tujuh. Sekarang kita bisa menang perang'."
Tokoh revolusi Amerika Latin Ernesto 'Che' Guevara (dalam sebuah surat kepada orang tuanya di tahun 1955):
"Saya tak cepat berbagun dengan sebuah revolusi melawan tiran, tetapi Fidel mengejutkan saya karena dia orang yang luar biasa hebat... Dia memiliki keyakinan hebat yang kami wariskan kepada Kuba (dari Meksiko) yang kami datangi. Begitu kami tiba kami bertempur. Dan begitu kami bertempur kami menang. Saya berbagi optimismenya. Saya harus bertempur, berhasil. Berhenti menangis dan bertempurlah."
Bekas diktator militer Chile Jenderal Augusto Pinochet (merujuk perlakuan Castro terhadap Jenderal Arnaldo Ochoa, yang dieksekusi mati atas tuduhan pengkhianatan pada Juli 1989)
"Orang dengan karisma besar. Dia berani, Fidel Castro. Seorang politisi, dengan kepalan besi. Dia tetap kuat. Dia menyeret sahabatnya ke depan regu tembak. (Jika itu saya) Saya akan menjatuhkan hukuman seumur hidup atau mengusirnya dari negeri itu, tapi Castro malah menembak mati bekas sahabatnya itu."
Menteri Pertahanan Kuba Leopoldo Cintra Frias (merujuk instruksi Castro di Havana pada 1996 untuk Perang Angola)
"Dia akan meminta kami menempatkan meriam di sini, memindahkan tank di sana. Dari mana harus menyerang, bagaimana melakukannya, dan lain-lain. Dia memiliki itu semua di jari tangannya. Dan seringkali analisa dan strateginya benar."
Reinaldo Arenas, sastrawan Kuba di pengasingan (dalam tulisan esai sebelum kematiannya pada 1990 dan dipublikasikan oleh koran Spanyol El Pais pada 2006):
"Pada masa ketika hampir seluruh dunia komunis mendekat ke demokrasi, Fidel Castro malah melawan opini publik dan menolak menerima perubahan atau apa pun yang dianggap perestroika atau demokrasi... Sebagai filsuf besar, dia menegaskan bahwa hal-hal material itu adalah sementara, untuk beberapa hal secara maya memang tidak ada hal material di Kuba."
Selamat Jalan, El Comandante! [ikh]
Baca Berita Selanjutnya
0 Response to "Fidel Castro di Mata Kawan dan Lawan"
Posting Komentar