RAJA Thailand Bhumibol Adulyadej meninggal dunia dalam usia 88 tahun pada Kamis (13/10/2016) setelah menderita sakit yang berkepanjangan selama beberapa tahun terakhir. Kematiannya sekaligus mengakhiri tahtanya sebagai raja yang paling lama berkuasa di muka Bumi ini.
Mendiang Bhumibol adalah raja kesembilan dari Dinasti Chakri yang menduduki tahta sejak 1946. Bergelar Rama IX, ia merupakan raja dengan masa kepemimpinan terpanjang yakni selama 70 tahun.
Raja Bhumibol berkuasa pada 9 Juni 1946 setelah kakak kandungnya, Raja Ananda Mahidol atau Rama VIII, meninggal akibat luka tembak di kepala yang sampai sekarang tidak jelas penyebabnya di Istana Kerajaan di Ibu Kota Bangkok. Saat itu Bhumibol masih berusia 18 tahun.
Baca juga: Raja Thailand Bhumibol Adulyadej Meninggal Dunia
Lahir di Cambridge, Massachusetts, AS, pada 5 Desember 1927, Bhumibol merupakan anak ketiga dari pasangan Pangeran Mahidol Adulyadej (1892-1929) dan Putri Srinagarindra (1900-1995).
Masa kecilnya dihabiskan di Swiss, tempat ia bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Namun, kematian misterius sang kakak di bulan Juni 1946 membuat ia harus kembali Thailand dan didapuk menjadi raja.
Saat itu, ia tidak langsung naik tahta karena diminta menyelesaikan studinya di Swiss. Ia belajar hukum dan ilmu politik yang berguna sebagai raja. Saat akhir studi, ia sering melihat pabrik otomotif di Prancis dan bertemu dengan sepupu jauhnya Mom Rajawongse Sirikit Kitiyakara yang juga seorang putri Duta Besar Thailand di Paris.
Cinta pun bersemi. Sirikit diminta meneruskan sekolah di Lausanne. Pada Juli 1949, keduanya bertunangan dan menikah pada Mei 1950. Pernikahan keduanya membuahkan empat anak, yaitu seorang putra dan tiga putri.
Selama melanjutkan studi di Swiss, tugas kerajaan dijalankan oleh seorang wakil raja. Hingga akhirnya Bhumibol kembali ke Thailand pada tahun 1950 dan secara resmi dinobatkan sebagai raja sepenuhnya.
Di bawah Bhumiblol, Kerajaan Thailand tidak memiliki kekuatan formal dalam pemerintahan dan pembuatan kebijakan. Kontitusi kerajaan tidak dilihat sebagai yang lebih tinggi dari politik. Namun dalam berbagai peristiwa, terutama ketika terjadi pergolakan politik dan keamanan, peran raja sangat penting.
Tak jarang untuk turun tangan langsung dalam menengahi konflik masyarakat di negaranya, Bhumibol kerap melampaui kewenangan yang ditetapkan konstitusi terhadap dirinya.
Pada Oktober 1973, Bhumibol berhasil menghentikan konflik berdarah antara mahasiswa dan pemerintah militer. Saat itu ia meminta para jenderal untuk turun dari jabatan dan meninggalkan Thailand.
Pada Mei 1992, Bhumibol kembali melerai bentrokan yang terjadi antara tentara dan ratusan ribu warga pro demokrasi. Bentrokan itu menewaskan 52 orang dan ratusan terluka, sedikitnya 3.500 orang ditahan.
Bhumibol merasa dirinya juga tidak akan selamat jika dikudeta. Oleh sebab itu dia membangun hubungan yang dekat dengan militer. Diduga dia mendukung penggulingan Thaksin Shinawatra dalam kudeta militer pada 2006.
Di sela-sela kesibukannya sebagai raja, Bhumibol merupakan sosok yang mencintai seni dan olahraga. Sebagai penggemar musik jazz dan lagu kontemporer, ia memperoleh anggota kehormatan dari Institut Musik dan Seni Wina, Austria.
Raja yang gemar fotografi dan mengarang atau menerjemahkan ini dikenal juga sebagai seorang atlet berlayar dan memperoleh medali emas dalam ajang pesta olahraga South East Asian Peninsula (SEAP) Games --cikal bakal dari SEA Games-- pada tahun 1967 di Bangkok.
Baca juga: Thailand Tetapkan Masa Berkabung Selama Satu Tahun
Bhumibol dikenal sebagai raja yang dekat dan dicintai rakyatnya. Saat dalam kondisi kritis di RS Siriraj di Kota Bangkok, banyak warga Thailand berkumpul di halaman rumah sakit sambil membawa fotonya dan berdoa bersama demi kesembuhan sang baginda raja.
Ketika pihak Istana mengumumkan kematiannya, ribuan rakyat pun tumpah ruah dalam tangis dan kesedihan.
Pemerintah Thailand pun menetapkan masa berkabung selama satu tahun dengan pengibaran bendera setengah tiang selama 30 hari.
Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn, yang berusia 64 tahun, diangkat menjadi penggantinya, namun ia meminta penundaan penobatan untuk berduka. Maha Vajiralongkorn merupakan putra kedua dan satu-satunya anak lelaki dari Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit.
Baca Berita Selanjutnya
0 Response to "Wafatnya Raja Paling Lama Berkuasa di Muka Bumi"
Posting Komentar