PM Turki Nyatakan Pemerintah Terpilih Masih Sah

PM Turki Nyatakan Pemerintah Terpilih Masih Sah

INILAHCOM, Istanbul - Perdana Menteri Turki Binali Yildirin menegaskan bahwa upaya kudeta terus akan digagalkan, seraya menjamin pemerintahan terpilih masih punya kewenangan yang sah.

Jika berhasil, kudeta terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang berkuasa di Turki sejak 2003, maka akan menjadi pemindahan kuasa terbesar negara Timur Tengah itu, hingga mengubah tatanan negara sekutu terpenting AS di kawasan tersebut, demikian laporan Reuters.

PM Yildirim mengatakan, pemerintahan terpilih masih tetap berwenang atas jabatannya.

Menurutnya, sebuah kelompok dalam militer telah berupaya menggulingkan pemerintahan yang sah, dan pasukan keamanan telah dikerahkan demi 'melakukan hal yang dibutuhkan'.

"Sejumlah orang melakukan tindakan ilegal di luar rantai komando," ungkap Yildirim seperti disiarkan saluran televisi swasta.

Ia menimpali, "Pemerintahan terpilih tetap yang berkuasa. Pemerintah akan mundur, jika rakyat yang meminta."

Dalang di balik percobaan kudeta ini akan menerima ganjaran yang setimpal, tegas Yildirin.

Akibat percobaan kudeta itu, bandara pun sempat ditutup, akses Internet ke laman media sosial juga diputus. Bahkan, tentara ikut menyegel dua jembatan Bosphorus, Istanbul, yang salah satunya masih menyalakan lampu berwarna merah, putih, biru sebagai aksi solidaritas terhadap korban penabrakan truk di Nice, Prancis, yang terjadi pada Kamis (14/7/2016) malam waktu setempat.

Televisi Pemerintah Turki TRT mengumumkan aturan jam malam di seluruh negeri.

Penyiar membacakan pernyataan sesuai perintah militer, menuduh bahwa pemerintah telah mengancam demokrasi dan aturan hukum sekuler negara itu.

Negara itu akan dijalankan oleh 'Dewan Damai' yang akan menjamin keamanan warga, katanya.

Sementara itu, Menlu AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov berkomentar usai pertemuan di Moskow, dan keduanya berharap pihak terkait dapat menghindari kemungkinan pertumpahan darah.

Turki, negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dengan kekuatan militer besar kedua di Blok Barat, merupakan sekutu terpenting AS berperang melawan pegaris keras kelompok ISIS. Secara geografis, Turki berada di tengah Benua Eropa dan Asia.

Negara itu merupakan pendukung utama oposisi Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang warga di negara itu, dan menjadi negara tujuan yang menampung dua juta pengungsi Suriah.

Turki tengah menghadapi perang dengan kelompok pembelot Kurdi, juga sempat banyak diserang aksi penembakan dan bom tahun ini, termasuk insiden dua pekan lalu oleh pengikut ISIS di bandara utama Istanbul, menewaskan lebih dari 40 orang.

Seorang sumber pejabat senior Uni Eropa yang mengamati situasi itu berujar, "Aksi itu tampak seperti kudeta yang dikoordinasi badan penting militer, bukan hanya sejumlah kolonel, mereka telah menguasai bandara, juga stasiun televisi, bahkan tentara juga mengambil alih beberapa lokasi strategis di Istanbul."

Ia menimpali, "Melihat situasi di sana, cukup sulit membayangkan aksi itu akan berlangsung singkat. Operasi itu tak dilakukan oleh beberapa kolonel."

Acara santap malam antara duta besar Turki untuk ibukota Eropa bersama seorang diplomat Eropa sempat terganggu oleh bunyi pesan darurat dari ponsel para tamu.

"Aksi itu tentu bukan kudeta kecil. Dubes Turki tampak terkejut dan menanggapinya secara serius," kata seorang diplomat usai acara santap malam dibubarkan.

Ia menambahkan, "Namun, pagi ini terlihat upaya itu akan berdampak besar bagi Turki. Hal itu tidak datang dari tempat lain." [ikh]


Baca Berita Selanjutnya

0 Response to "PM Turki Nyatakan Pemerintah Terpilih Masih Sah"

Posting Komentar