Ini Kebijakan Luar Negeri Trump Jika Jadi Presiden

Ini Kebijakan Luar Negeri Trump Jika Jadi Presiden

INILAHCOM, New York - Bakal calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, memberikan rincian mengenai kebijakan luar negeri yang akan dijalankannya apabila terpilih sebagai presiden.

Trump, yang baru memenangi pemilihan pendahuluan di lima negara bagian, dalam pidatonya mengatakan bahwa ia akan menerapkan kebijakan luar negeri 'America First' atau 'Amerika Serikat yang Utama'.

Namun, ia berjanji kebijakan tersebut bukanlah sebuah doktrin yang kaku dan tidak bisa diubah. Apabila diperlukan, kebijakan itu bisa diubah jika dirinya terpilih sebagai presiden AS.

Seraya menyebut kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden AS Barack Obama sebagai 'bencana menyeluruh' serta memiliki 'kelemahan, kebingungan, dan ketidakpastian arah', Trump berikrar akan mengubah AS dan 'merontokkan karat' yang ada pada kebijakan luar negeri negara adidaya itu.

Mengutip BBC, Trump menyatakan masa pemerintahannya tinggal menunggu hari. "Saya tidak akan bilang kepada mereka kapan, dan saya tidak akan bilang kepada mereka seperti apa".

Trump vs ISIS

Terkait ISIS, Trump menyebutkan bahwa menangkal penyebaran Islam radikal adalah prioritas kebijakan luar negerinya kelak, andai ia menang jadi presiden.

Sebelumnya, ia menegaskan dirinya akan melemahkan ISIS dengan memotong akses kelompok tersebut terhadap ladang minyak. Ia juga mendukung teknik interogasi terhadap anggota ISIS dengan menenggelamkan mereka (waterboarding). Namun, ia tidak mengungkit gagasan ini dalam pidatonya tersebut.

Alih-alih, Trump justru melontarkan ide mempererat kerja sama dengan sekutu-sekutu AS di Timur Tengah guna memerangi ekstremisme.

"Menangkal penyebaran Islam radikal semestinya adalah tujuan kebijakan luar negeri AS dan dunia," kata Trump.

Soal NATO dan negara adidaya

Menurut Trump, AS harus menggelar perundingan baru dengan sekutu-sekutunya di dalam wadah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) guna membentuk kembali struktur organisasi tersebut sekaligus mendiskusikan penyeimbangan pendanaan AS untuk NATO.

Trump juga akan berunding dengan Rusia untuk mencapai titik temu mengenai penanganan Islam radikal.

"Beberapa orang mengatakan orang Rusia tidak bisa masuk akal. Saya berniat mencari tahu," kata Trump.

Mengenai China, ia berkata, "Hormati kekuatan, dan dengan membiarkan mereka mengambil keuntungan ekonomi dari kita seperti yang mereka sedang lakukan, maka kita akan kehilangan rasa hormat dari mereka".

Trump kemudian berjanji akan berupaya memperbaiki hubungan AS dengan China tanpa merinci bagaimana ia akan melakukannya.

Sekutu AS

Mengenai negara-negara yang menjadi sekutu AS, Trump mengatakan ada harga yang harus dibayar.

"Negara-negara yang kita bela harus membayar ongkos pembelaan ini. Jika tidak, AS harus bersiap membiarkan negara-negara ini membela diri sendiri. Kita tidak ada pilihan," ujarnya.

Saat diwawancarai the New York Times bulan lalu soal hubungan AS-Jepang, Trump berkata "Jika kami diserang, mereka tidak datang membela kita. Jika mereka diserang, kita harus membela mereka secara total. Dan, itulah, masalah yang sebenarnya."

Para penasihat Trump

Trump pernah berkata bahwa dia memiliki tim penasihat kebijakan luar negeri terbaik. Dalam beberapa bulan terakhir, penasihatnya bertambah dan beberapa di antara mereka terbukti kontroversial.

Tim penasihat Trump dipimpin Senator Negara Bagian Alabama dari kubu Republik, Jeff Sessions

Anggotanya, antara lain, Jenderal purnawirawan Joseph Schmitz, yang mundur dari militer pada 2005 di tengah tuduhan penyalahgunaan. Namun, Schmitz tidak pernah didakwa.

Penasihat lainnya adalah Walid Phares, yang pernah mendapat kritik ketika menjadi anggota tim kebijakan luar negeri kandidat presiden AS, Mitt Romney, pada 2012.

Berbagai kelompok advokasi muslim mempermasalahkan kedekatan Phares dengan kelompok milisi Kristen sewaktu Perang Sipil Libanon. [ikh]


Baca Berita Selanjutnya

0 Response to "Ini Kebijakan Luar Negeri Trump Jika Jadi Presiden"

Posting Komentar