SocialTrending - Yoshiharu Kato, Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, memberikan kuliah tamu Keperawatan Transkultural di D3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya, Senin (11/04/2016).
Kuliah tamu itu menekankan pada kebutuhan Jepang pada juru rawat dan pengasuh lansia dari Indonesia.
"Lansia di Jepang sangat menyukai pengasuh dan perawat dari Indonesia karena keramahan, kesabaran, dan ketelatenan mereka," ujar Yoshiharu pada mahasiswa Keperawatan.
Pada 2015, 64,6 persen pendaftar Indonesia lulus untuk berangkat ke Jepang dan mengikuti kursus pelatihan keperawatan dan pengasuh.
"Tapi hanya 58,5 persen yang lulus ujian nasional Jepang untuk dapat bekerja menjadi perawat dan pengasuh di Jepang seumur hidup," lanjutnya. Jumlah tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya 66 perawat dan 212 pengasuh lansia.
Sebelum berangkat ke Jepang, pendaftar harus lulus ujian bahasa jepang dan persiapan selama 6 bulan. Setelah lulus dan berangkat ke Jepang, mereka juga mengikuti tes bahasa jepang lagi selama 6 bulan dan pelatihan perawat selama 4 tahun untuk mendapatkan ijazah dan sertifikat profesi.
"Ketika sudah lulus dan mengantongi ijazah serta sertifikat, mereka bebas untuk bekerja dan mendapatkan gaji yang sama dengan perawat dan pengasuh asal Jepang, yaitu sebesar 20.000 yen atau sekitar Rp 20 juta," jelas Yoshiharu.
Kerjasama tersebut, dikatakannya, adalah satu bentuk economic partnership agreement untuk meningkatkan kegiatan ekonomi antara Indonesia dan Jepang.
"Memang sulit ujiannya, maka dari itu jumlahnya semakin menurun sejak pertama kali diadakannya kerjasana pada 2008," pungkasnya. (Surya Malang)
Kuliah tamu itu menekankan pada kebutuhan Jepang pada juru rawat dan pengasuh lansia dari Indonesia.
"Lansia di Jepang sangat menyukai pengasuh dan perawat dari Indonesia karena keramahan, kesabaran, dan ketelatenan mereka," ujar Yoshiharu pada mahasiswa Keperawatan.
Pada 2015, 64,6 persen pendaftar Indonesia lulus untuk berangkat ke Jepang dan mengikuti kursus pelatihan keperawatan dan pengasuh.
"Tapi hanya 58,5 persen yang lulus ujian nasional Jepang untuk dapat bekerja menjadi perawat dan pengasuh di Jepang seumur hidup," lanjutnya. Jumlah tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya 66 perawat dan 212 pengasuh lansia.
Sebelum berangkat ke Jepang, pendaftar harus lulus ujian bahasa jepang dan persiapan selama 6 bulan. Setelah lulus dan berangkat ke Jepang, mereka juga mengikuti tes bahasa jepang lagi selama 6 bulan dan pelatihan perawat selama 4 tahun untuk mendapatkan ijazah dan sertifikat profesi.
"Ketika sudah lulus dan mengantongi ijazah serta sertifikat, mereka bebas untuk bekerja dan mendapatkan gaji yang sama dengan perawat dan pengasuh asal Jepang, yaitu sebesar 20.000 yen atau sekitar Rp 20 juta," jelas Yoshiharu.
Kerjasama tersebut, dikatakannya, adalah satu bentuk economic partnership agreement untuk meningkatkan kegiatan ekonomi antara Indonesia dan Jepang.
"Memang sulit ujiannya, maka dari itu jumlahnya semakin menurun sejak pertama kali diadakannya kerjasana pada 2008," pungkasnya. (Surya Malang)
Baca Berita Selanjutnya
0 Response to "Dikenal Ramah-ramah, Jepang Cari Banyak Orang Indonesia untuk Pekerjaan ini"
Posting Komentar